welcome to Kameko no Kitsune official site
 
Picture
Perang Troya: Philoktetes
Jun 6, '12 11:24 PM

Sebelum berangkat ke Troya, terlebih dahulu pasukan Yunani mempersembahkan kurban seekor banteng untuk para dewa. Di saat upacara tengah berlangsung, tiba-tiba seekor ular besar naik ke atas pohon dan memangsa delapan ekor burung kecil di sarangnya beserta induknya. 

Peramal Kalkhas, yang mengerti tanda-tanda alam, meramalkan perang Toya akan berlangsung selama sembilan tahun dan baru pada tahun kesepuluh Troya ditaklukkan. Semua yang mendengar ramalan Kalkhas bersorak gembira. Mereka sangat yakin kemenangan ada di pihak pasukan Yunani, bahkan tidak seorang pun percaya perang ini bisa memakan waktu sampai sepuluh tahun...

Armada Yunani perlahan mulai meninggalkan Aulis, tetapi mereka tidak langsung menuju Troya. Kapal diarahkan menuju ke Pulau Delos untuk mengambil dan mempersiapkan bahan makanan yang dibutuhkan pasukan selama perang nanti.


Spermo, Elais dan Oeno

Saat itu Delos diperintah oleh putra Apollo yang bernama Anios. Putranya yang bernama Andros menjadi raja di pulau yang bernama Andros juga, sedangkan tiga putrinya tetap tinggal bersama Anios di Delos. Ketiga putri Anios itu bernama SpermoElais dan Oeno. Ketiganya adalah pendeta wanita Dionysos yang dianugerahi kemampuan ajaib oleh sang dewa anggur. Spermo mampu merubah apa saja yang dipegangnya menjadi jagung, Elais menjadi minyak sedangkan Oeno mengubah semua benda menjadi anggur.

Anios menyambut Agamemnon dan pasukan Yunani dengan hangat. Begitu tahu maksud kedatangan Agamemnon, ia menyuruh putri-putrinya untuk memberikan semua yang dibutuhkan oleh pasukan Yunani. Karena Anios adalah putra Apollo, ia juga memiliki kemampuan meramal. Dan sama seperti Kalkhas, ia meramalkan Troya baru akan jatuh di tahun kesepuluh perang. Ia mengusulkan agar pasukan menunggu saja di Delos selama sepuluh tahun baru kemudian menyerang Troya. Tapi pasukan Yunani yang sudah tidak sabaran memilih untuk tetap berangkat ke Troya.

Walalupun persediaan makanan yang diberikan ketiga putri Anios itu sudah sedemikian banyak, tetapi Agamemnon masih merasa kurang. Saat Anios lengah, ia menculik ketiga putrinya dan membawanya ke kapal. Tetapi di tengah perjalanan, mereka berhasil menyelamatkan diri dan berenang menuju Andros untuk meminta perlindungan saudaranya.

Agamemnon yang mengetahui hal ini, mengancam Andros agar menyerahkan ketiga saudarinya atau pasukannya menyerbu kerajaan Andros. Untuk menghindari pertumpahan darah, dengan berat hati Spermo, Elais dan Oeno bersedia ikut kembali bersama pasukan Yunani. Selama perjalanan mereka berdoa kepada Dionysos agar mereka bisa pulang ke rumah ayahnya.

Sang dewa mendengar doa mereka, dan mengubah ketiga saudari itu menjadi burung dara agar bisa terbang kembali ke Delos. Sejak saat itu sampai sekarang, tidak ada seorangpun yang berani mengganggu burung dara di Pulau Delos.

Philoktetes

Dari Delos, kapal berlayar lagi dan mendarat di Pulau Nea (sekarang pulau itu sudah tidak ada lagi), sebuah pulau kecil di dekat Lemnos dimana seorang peri bernama Krise tinggal. Krise menguasai perairan di sekitar Troya dan Hellespontus, sehingga kapal yang akan melintas harus mampir sejenak untuk memberikan persembahan di altar Athena. 

Tetapi saat persembahan akan dilakukan, seekor ular mematuk kakiPhiloktetes, salah seorang pemanah terbaik Yunani. Daerah di sekitar gigitan ular itu segera menghitam dan menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa. Philoktetes tidak mati tetapi luka bekas gigitan itu menjadi busuk sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Rasa sakit yang sangat hebat membuat Philoktetes tidak berhenti meraung serta berteriak seperti orang gila.

Agar tidak membebani pasukan, saat Philoktetes tertidur para prajurit Yunani mengangkatnya diam-diam dan membaringkannya di pulau Lemnos sendirian. Mereka menaruh persediaan makanan dan juga senjata busur panahnya di samping Philoktetes. Setelah itu armada langsung berangkat kembali menuju Troya. Tetapi meninggalkan Philoktetes sendirian di Lemnos adalah tindakan yang sangat-sangat salah. 

Philoktetes bukanlah seorang prajurit sembarangan. Ia adalah pemanah yang menerima warisan panah dari pahlawan besar Herakles, yang ujung anak panahnya pernah dicelupkan ke darah Hydra yang beracun. Waktunya akan tiba saat pasukan Yunani membutuhkan bantuan Philoktetes. Sembilan tahun kemudian, orang-orang Yunani akan menyesal telah meninggalkan Philoktetes sendirian di Lemnos...

Prayudi~Greek mythology reteller




Leave a Reply.